ada apa denganku?
apakah ini sungguh diriku? ah tidak sepertinya ini bukan diriku. lalu
kalau memang bukan diriku, jadi siapa? ah sungguh ini membuatku gila.
kenapa harus dia? mengharapkannya hanya akan membuatku terluka. akupun
bukan tidak tau akan hal itu. tapi kenapa? walaupun sudah tau, kenapa
aku masih saja tidak bisa melepaskan pandanganku darimu? sebenarnya apa
yang terjadi padaku? ah tolong siapapun, bila ini hanya mimpi, degera
bangunkan diriku. ini sungguh mimpi buruk. hhah.. ini tidak masuk akal
bila di pikirkan dengan akal sehatku.
hei kau, jangan pernah bberdiri di tempat yang bisa aku lihat. karena itu hanya membuatku sakikt. ku mohon dengan sangat.
padahal aku sangat merasa senang. kau baik padaku, selalu membantuku, selalu mengajariku berbagai hal, dan tentunya. tapi itu semua percuma. walaupun kau terus berada disampingku, tapi nyatanya kau hanya melihat dirinya yang bahkan tidak mampu kau jangkau. ah, sial. kenapa harus aku yang merasakan hal ini? ini sakit. kaupun tau hal mitu. tentu kau tau bagaimana perasaan ku padamu tanpa perlu ku ungkapkan. apakah otakmu terlalu lambat atau kau memang bodoh sampai tidak menyadari hal sekecil itu? ah sudah lupakan. nampaknya aku sudah tau jawabannya. hei...apakah hal yang aku lakukan ini salah? tapi....
" hah, lagi-lagi melamun." ah, lagi-lagi suara ini. suara yang sudah tidak asing di telingaku. menggangguku saja. gumamku dalam hati.
" memangnya kenapa? kau tidak ada hak melarangku. lagipula aku sedang berpikir bukan sedang melamun." untuk yang kesekian kalinya aku harus menghadapi lelaki aneh yang selalu menegurku ini.
" ya terserah padamu. jadi apa yang sedang kau pikirkan?" tanynya lagi. laki-laki yang satu ini memang sangat banyak bertanya. aku menyesal sudah melamun dan ketahuan olehnya.
" hei, kenapa kau selalu bertanya hal yang sama padaku setiap kali aku sedang berpikir? apakah kau harus tau setiap apa yang sedang aku pikirkan?" tanyaku mulai ketus karena sudah bosan mendengar pertanyaan seperti wartawan itu.
" kenapa? memangnya ada peraturan yang melarangku untuk bertanya padamu ketika kau sedang asik dengan pikiranmu sendiri,kan? aku rasa kau seharusnya berterimakasih padaku. karena bila kau terus sibuk dengan pikiranmu yang gila itu, kau pasti sudah lupa dengan tugas dari pak Edy yang seharusnya sudah kau selesaikan dari satu jam yang lalu?" lelaki itu kini berkacak pinggang dengan muka agak jengkel terlukis di wajahnya.
" oh ya tuhan. aku hampir lupa akan hal itu. oh sepertinya aku harus berterimakasih padamu kali ini." tanpa mendengarkan komentarnya, aku langsung menhadap mejaku dan langsung melanjutkan tugas meresensi buku yang seharusnya sudah ku kerjakan bahkan seharusnya sudah selesai sejak satu jam yang lalu. ah ini gila. sudah selama itu kah aku memikirkan hal ini? oh tentu saja. karena temanku bilang sudah satu jam aku belum mengejakna tugasku dan selama itu pula aku memikirkan hal yang berputar-putar tanpa ada jawabannya. sial... kenapa ini? aku harus belajar dengan giat sekarang. lupkan lupakan lupakan.
"hai." siapa lagi ini? bisakah dia tidak menggangguku? apakah dia tidak melihat aku sedang belajar? tapi oh tidak. tunggu... ini ini... oh jangan menengok. jangan !
" sedang apa? sedari tadi aku memperhatikanmu, kau sibuk dengan bukumu yang masih sangat kosong itu." katanyara ringan. apa yang harus ku lakukan? akku tidak mau menatap nya. bagaimana mungkin dia berada disini?
" aku sedang mengerjakan tugas." kataku datar tanpa mengalihkan pandanganku dari buku tulisku.
" kau marah padaku?" tanyanya lagsung dan menatap mataku dalam-dalam.
oh, jangan tatapan itu. ku mohon. pintaku dalam hati.
" apa kau marah padaku?" tanyanya sekali lagi.
oh dear, apa yang sebaiknya aku lakukan? dengan terpakksa aku membalas tatapannya. walaupun aku gemetar, tapi aku berusaha agar suaraku tidak bergetar.
" marah? atas dasar apa aku marah padamu? hah, kau ini." kataku berusaha dengan suara yang bisa.
: syukurlah. karena bila kau marah, aku pasti aku akan uring-uringan dan juga aku tidak tau apa yang harus ku lakukan tanpamu." katanya ringan hanpir dengan suara yang tidak terdengar. dan buru-buru menambahkan." jadi ada yang bsia ku bantu?"
apa? apa katanya tadi? apakah tellingaku sudah tuli? atau apakah ini hanya mimpi? sebenarnya apa maksud perkataannya? aku menatapnya lurus tapi tidak mendapatkan jawabn apapun
by : Yan Ferintyas D.
hei kau, jangan pernah bberdiri di tempat yang bisa aku lihat. karena itu hanya membuatku sakikt. ku mohon dengan sangat.
padahal aku sangat merasa senang. kau baik padaku, selalu membantuku, selalu mengajariku berbagai hal, dan tentunya. tapi itu semua percuma. walaupun kau terus berada disampingku, tapi nyatanya kau hanya melihat dirinya yang bahkan tidak mampu kau jangkau. ah, sial. kenapa harus aku yang merasakan hal ini? ini sakit. kaupun tau hal mitu. tentu kau tau bagaimana perasaan ku padamu tanpa perlu ku ungkapkan. apakah otakmu terlalu lambat atau kau memang bodoh sampai tidak menyadari hal sekecil itu? ah sudah lupakan. nampaknya aku sudah tau jawabannya. hei...apakah hal yang aku lakukan ini salah? tapi....
" hah, lagi-lagi melamun." ah, lagi-lagi suara ini. suara yang sudah tidak asing di telingaku. menggangguku saja. gumamku dalam hati.
" memangnya kenapa? kau tidak ada hak melarangku. lagipula aku sedang berpikir bukan sedang melamun." untuk yang kesekian kalinya aku harus menghadapi lelaki aneh yang selalu menegurku ini.
" ya terserah padamu. jadi apa yang sedang kau pikirkan?" tanynya lagi. laki-laki yang satu ini memang sangat banyak bertanya. aku menyesal sudah melamun dan ketahuan olehnya.
" hei, kenapa kau selalu bertanya hal yang sama padaku setiap kali aku sedang berpikir? apakah kau harus tau setiap apa yang sedang aku pikirkan?" tanyaku mulai ketus karena sudah bosan mendengar pertanyaan seperti wartawan itu.
" kenapa? memangnya ada peraturan yang melarangku untuk bertanya padamu ketika kau sedang asik dengan pikiranmu sendiri,kan? aku rasa kau seharusnya berterimakasih padaku. karena bila kau terus sibuk dengan pikiranmu yang gila itu, kau pasti sudah lupa dengan tugas dari pak Edy yang seharusnya sudah kau selesaikan dari satu jam yang lalu?" lelaki itu kini berkacak pinggang dengan muka agak jengkel terlukis di wajahnya.
" oh ya tuhan. aku hampir lupa akan hal itu. oh sepertinya aku harus berterimakasih padamu kali ini." tanpa mendengarkan komentarnya, aku langsung menhadap mejaku dan langsung melanjutkan tugas meresensi buku yang seharusnya sudah ku kerjakan bahkan seharusnya sudah selesai sejak satu jam yang lalu. ah ini gila. sudah selama itu kah aku memikirkan hal ini? oh tentu saja. karena temanku bilang sudah satu jam aku belum mengejakna tugasku dan selama itu pula aku memikirkan hal yang berputar-putar tanpa ada jawabannya. sial... kenapa ini? aku harus belajar dengan giat sekarang. lupkan lupakan lupakan.
"hai." siapa lagi ini? bisakah dia tidak menggangguku? apakah dia tidak melihat aku sedang belajar? tapi oh tidak. tunggu... ini ini... oh jangan menengok. jangan !
" sedang apa? sedari tadi aku memperhatikanmu, kau sibuk dengan bukumu yang masih sangat kosong itu." katanyara ringan. apa yang harus ku lakukan? akku tidak mau menatap nya. bagaimana mungkin dia berada disini?
" aku sedang mengerjakan tugas." kataku datar tanpa mengalihkan pandanganku dari buku tulisku.
" kau marah padaku?" tanyanya lagsung dan menatap mataku dalam-dalam.
oh, jangan tatapan itu. ku mohon. pintaku dalam hati.
" apa kau marah padaku?" tanyanya sekali lagi.
oh dear, apa yang sebaiknya aku lakukan? dengan terpakksa aku membalas tatapannya. walaupun aku gemetar, tapi aku berusaha agar suaraku tidak bergetar.
" marah? atas dasar apa aku marah padamu? hah, kau ini." kataku berusaha dengan suara yang bisa.
: syukurlah. karena bila kau marah, aku pasti aku akan uring-uringan dan juga aku tidak tau apa yang harus ku lakukan tanpamu." katanya ringan hanpir dengan suara yang tidak terdengar. dan buru-buru menambahkan." jadi ada yang bsia ku bantu?"
apa? apa katanya tadi? apakah tellingaku sudah tuli? atau apakah ini hanya mimpi? sebenarnya apa maksud perkataannya? aku menatapnya lurus tapi tidak mendapatkan jawabn apapun
by : Yan Ferintyas D.