Seperti biasa cuaca langit kota bogor selalu mendung. Sangat cocok
untuk membuatku tertidur kembali didalam selimutku. Terlebih dengan
dengan dentingan irama tetesan air yang jatuh menyentuh atap rumahku.
Sayangnya jam weker hello kitty kesayanganku membangunkanku dengan
suara yang menggelegar disusul dengan ketukan pintu kamarku yang begitu
merdu dan teriakan ibuku sampai mataku terbuka detik itu juga.
Sebenarnya aku tidak pedulh kalau aku memang terlambat. Tapi berhubung
hari ini upacara aku terpaksa membawa tubuhku ke kamar mandi.
Aku
benci hari senin. Bukan karena pelajaran hari ini menguras daya otak,
tetapi karena upacara bendera yang selalu ada setiap hari senin.
Rasanya ingin aku kutuk orang yang menciptakan hari senin sebagai hari
upacara bendera.
Aku berjalan sempoyongan kekelas. Setidaknya ada
20 menit untuk tidur. Aku ingin segera sampai dikelas atau aku bisa
tidur berdiri ketika upacara. Tapi tiba-tiba saja suara melengking
meneriakan namaku dengan kencang dari arah belakang " AYA BINTANG
FAZRIL"
Tanpa menolehpun aku tau dari mana asal suara itu. Aku mendesah. Memalukan sekali anak itu. Gumamku dalam hati.
" Hei AYA BINTANG FAZ ..." kata suara itu sebari menepuk pundaku. Dengan spontan aku meletakan telapak tanganku kemulut itu.
"bisakah
kau hanya memanggil AYA saja tanpa berteriak-teriak seperti itu?
Bagaimana kalau oranglain menyangka aku ini pencuri atau buronan atau
orang jahat lainnya? Bagaimana kalau kakak itu mendengar? Mau ditaruh
dimana mukaku ini." kataku agak jengkel.
" hei itu tidak mungkin.
Imajinasimu terlalu tinggi. Mereka tau kau bersekolah di sini. Dan
mengenai kakak itu, bukankah itu bagus? Dengan begitu dia bisa tau
namamu dan mengingat namamu." katanya. Kakak 'itu' adalah kakak kelas
yang aku sukai selama 2 bulan terakhr ini. Tapi sayangnya sampai
sekarang aku tidak tau namanya. Padahal kami sering sekali bertatap
muka walau aku yakin dia tidak menyadari hal itu.
" tidak pokoknya tidak mau. Dan mustahil dia bisa mengingat atau tau namaku."
"tidak ada yang mustahil AYA BINTANG FAZRIL". Tegasnya.
" hei NAO ATLANTIKA ATHENA, bisakah kau tidak berteriak-teriak?"
" dan kau sendiripun tanpa sadar telah berteriak kencang."
"
baiklah. Kita kekelas sekarang sebelum kesempatan tidurku hilang. dan
oh kau tau kau sudah merampas 4 menit kesempatan tidurku." tiba-tiba
BUUUK ! Aku menabrak tubuh lelaki jangkung.
" aww..." aku meringis karena tanganku tertubruk tembok.
"kau
tidak apa-apa?" tanya lelaki itu sebari membantuku berdiri. Sedetik
kemudian jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Tanganku dingin,
nafasku tertahan. Mataku terbelalak kaget. Oh dear.... Gumamku
"
kau baik-baik saja?" tanya lagi. Dia memandangku dengan keheranan. Aku
mengerjap seakan baru tersadar dari mimpi. "ah iya. Aku tidak apa-apa.
Kakak sendiri tidak apa-apa?" tanyaku kaku.
" ya aku baik-baik
saja." katanya sebari tersenyum. Dia.... Dia.... Tersenyum? Ini pertama
kalinya aku melihat senyumnya dari jarak sedekat ini. Tubuhku tdak bisa
digerakan sama sekali. Mataku tak mampu berkedip.
" ada apa? Apakah ada yang aneh?" tanya heran melihatku yanh menatapnya tanpa berkedip.
aku menggeleng cepat.
" oke aku duluan."
entah
sadar atau tidak tiba-tiba aku menahan lengan kakak itu. dan kakak
itupun berbalik kearahku dan menatap heran. lalu ia bertanya " ada
apa?". aku mengerjap satu kali lalu cepat-cepat melepaskan tangannya.
ah siial. bodohnya diriku.
" i.... Itu anu kak, maafkan atas
kejadian ini." kataku kaku. pasti aku akan di anggap orang aneh. kataku
dalam hati.Tanpa diduga dia tertawa. Tawa yang sangat aku suka.
"
tidak usah merasa bersalah seperti itu. kau tidak membuatku mati hanya
terjatuh. jadi santai saja" katanya sebari tersenyum. Pada akhirnya aku
hanya mengangguk. Kaka itu tersenyum dan berlalu meninggalku yang
berdiri tak bergerak.
Selang seminggu kejadian itu aku
masih tidak bisa menghilangkan senyumku dan tidak bisa menggembalikan
kenormalan jantungku. Nao bahkan bingung melihatku yang semakin hari
semakin tidak wajar. Nao hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuanku
yang SANGAT TIDAK WAJAR. Setiap kali berpapasan dengan kakak itu aku
selalu tidak bisa menahan senyumku yang merekah. Aku yakin kakak itu
keheranan melihat tingkahku. Pernah suatu ketika aku berpapasan
dengannya aku memasang senyum ku, lalu kemudian ia balas tersenyum. Ah
senangnya. Hatiku benar2 berbunga. Betapa bahagiannya aku. Rasanya
ringan skali dan aku ingin melihat senyum itu setiap saat, hari, dan
waktu. Dialah penyemangat hariku.
Semua bertambah indah ketika pertemuan ku dengannya.
" ah sial. Kenapa harus terputus?" tanyaku kesal.
"
sudahlah Aya. Kau bisa menggunakan komputer yang lain yang tidak
terputus." nao membujukku. Aku tetap menggeleng dan mencoba
menyambungkan kabel yang terputus. Tapi sayang kemampuanku memang bukan
di bidang sambung menyambung.
" ada masalah?" tanya suara yang
tidak asing bagiku. Aku membalikan badanku dan oh dear.... Suaraku
tidak dapat keluar. " hm, sepertinya ada yang salah pada kabel ini."
katanya berbicara pada diri sendiri. Kemudian diam mencoba
menyambungkan beberapa kabel berwarna merah dan hitam itu. Tidak lama
kemudian komputer menyala. Aku bersorak senang.
" nah nampaknya
kau senang sekali, Aya?" tanyanya agak sedikit tertawa. Aku terlalu
tercengang mendengar semua ini. Aya dia bilang? Ya tuhan apakah itu
artinya dia mengingat namaku? Aku membeku ditempat itu. Masih tidak
bisa berkata-kata dan hanya menatap kakak itu dengan perasaan bercampur.
"
namau aya kan? Aya Bintang Fazril? Atau apakah aku salah?" tanyanya.
Sepertinya dia salah mengartikan ekspresiku. Aku langsung menggeleng
"tidak tidak kak. Kakak benar. Namaku memang Aya Bintang Fazril."
kataku agak sedikit terdengar kaku tapi senyum di wajahku tidak bisa di
sembunyikan.
" wah kalau begitu aku tidak salah ingat. Kau yang
pernah menabrakku di tangga itu dan yang selalu tidur berdiri ketika
upacara. Benar? Dan juga yang selalu bertengkar dengan temanmu. Siapa?
Ah aku tidak ingat."
oh lass, dia tau semuanya. Jadi selama ini dia menyadari keberadaanku? Tiba-tiba saja pipiku terasa panas. Dia tersenyum.
"
oh hampir saja lupa. Namaku Denis. Kuharap kau mengingat namaku. Dan
Aya, aku harus pergi sekarang. Sampai nanti. " katanya sambil melangkah
pergi.
"kak Denis..." gumamku.
" ya?" jawabnya. Oh astaga apakah tadi aku memanggil namanya dengan keras?
" itu anu terimakasih untuk semuanya."
"
sama-sama." katanya ramah. Dia melenglang keluar. Yaampun dia tau
namaku? Dia mengingatku? Dia... Dia... Tau kebiasaanku? Tanpa sadar
senyumku mengembang. Hatiku yang sedari tadi gugup sekarang terasa
ringan dang melayang keangkasa. Aku merasa ingin melompat-lompat dan
berteriak pada dunia bahwa kak Denis mengingat namaku dan menyadari
keberadaanku. Dan akhirnya aku juga tau namanya. Yampun aku tidak
pernah merasa sesenang ini sebelumnya.
Seminggu terakhir ini,
banyak sekali perubahan pada diriku. Tidak seperti biasanya, aku bangun
lebih dulu sebelum jam wekerku berbunyi. Dan aku tidak mengantuk. Aku
lebih rajin datang kesekolah lebih awal dibanding yang lainnya. Tidak
ada AYA Si ratu terlambat. Kini hanya ada AYA yang rajin datang paling
awal. Karena apa? Karena aku ingin melihat senyum kak Denis lebih awal.
Wlaupun aku tidak berbicara padanya.
Tetapi 2 hari terakhir ini aku tidak melihat sosoknya. Yatuhan aku merasa ada yang salah dalam diriku. Kemana orang itu?
"siapa?" tanya Nao yg tiba2 dtang.
"apa? "
" oh ayolah Aya. Kau bilang kemana dia. Dia siapa?" aku menggeleng dan mendesah semakin berat.
"
kak Denis, maksudku kakak itu, aku tidak melihatnya selama 2 hari ini.
Aku merasa ada yang kurang. " nao mengankat alisnya " jadi kau sudah
tau namaya?"
aku mengangguk. " tapi bukan itu masalahnya."
" kau jatuh cinta padanya Aya." kata Nao.
" jatuh cinta?" tanyaku pada diriku sendiri.
"
bagaimana kalau kau tanyakan pada temannya?" aku menggeleng cepat. "
kenapa? Kalau hanya diam kau akan mati penasaran." lanjut Nao. Akhirnya
aku mengangguk.
Keesokan harinya
" ah maaf ka, apakah kak Denis ada?" tanya Nao.
"
Denis? Kalian tidak tau?" tanya orang itu. Kami menggeleng karena
bingung. Aku menunggu dia melanjutkan ucapannya. Yaampun kenapa aku
merasa hal buruk?
" Denis sudah berpulang ke rahmatullah. Dia
meninggal kemarin pagi ketika ingin pergi kesekolah. dia masih belum
sehat, tapi dia tetap ingin masuk. Karena dengan melihat senyumnya dia
akan sehat. Begitu katanya. Tapi tidak lama setelah aku menutup telpon,
aku mendapat berita bahwa denis tertabrak mobil ketika ingin
menyebrang..."
aku tidak tau harus berbuat apa. Kakiku lemas.
pikiranku melayang. tatapanku kosong. Aku terduduk. Ya tuhan kak Denis
sudah tidak ada? Aku tidak bisa melihat senyumnya lagi? Tidak akan ada
lagi senyum kak Denis. Kenapa dia pergi saat aku mulai menyadari
perasaanku? Aku bahkan belum mengungkapkannya. kenapa dia harus pergi
ketika aku mulai menyadari bahwa kak Denis adalah ha; terpenting dalam
hidupku. Tanpa terasa aku menangis sesenggukan didalam pelukan Nao. Apa
yang harus aku lakukan kak?
by : Yan ferintyas dermawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar